11 Desember 2010

Narciscus Tale

Syahdan dalam mitos Yunani, ada cerita tentang anak dewa bernama Narcissus yang melegenda hingga kini. Narcissus digambarkan sebagai seorang pemuda sangat tampan sehingga banyak disukai para wanita termasuk para bidadari. Menyadari nilai lebihnya itu, Narcissus
bersikap angkuh dan tak sungkan untuk menolak mentah-mentah. Bahkan kadang diiringi dengan cemoohan pada setiap pernyataan cinta yang ditujukan kepadanya. Dia memilih asyik dan terbuai dengan dirinya sendiri.

Dari sekian banyak wanita dan bidadari yang merasa terlecehkan karena diabaikan dan dicemooh Narcissus, ada salah seorang yang kemudian berdoa kepada para dewa agar Narcissus merasakan kepedihan yang sama dengan yang dirasakan oleh para pemuja Narcissus. Dia berharap, Narcissus jatuh cinta kepada seseorang namun tidak pernah bisa meraih cintanya itu. Doa yang lebih mirip sebuah kutukan! Ternyata, kutukan itu didengar dan dikabulkan para dewa.

Suatu ketika, saat sedang duduk-duduk di tepi kolam, Narcissus melihat bayangannya sendiri di air kolam. Kutukan itu mulai bekerja, Narcissus melihat bayangannya sendiri di air kolam itu. Ajaib, dia merasa bayangan itu adalah seseorang yang sangat menawan dan Narcissus pun jatuh cinta pada bayangannya sendiri. Tentu saja, hasrat cinta yang menggebu dan membabi-buta itu hanyalah semu semata. Bayang-bayang itu hanya fatamorgana yang tidak real.

Ada beberapa versi dari mitos ini. Salah satunya menyebutkan Narcissus akhirnya mati menahan nestapa karena hasrat cinta yang tak pernah kunjung tiba. Narcissus hidup dengan halunisasi kecintaan terhadap seseorang padahal sosok itu semu semata. Perilaku kecintaan Narcissus pada dirinya sendiri itu di masyarakat kita dikenal dengan istilah narsis. Memandang diri lebih tinggi dan suka memuji-muji diri atas prestasi yang diraih maka bisa disebut dia sedang berada dalam posisi narsis. Ketika si pemilik kekuasaan bertindak semena-mena sesuka hatinya itu pun tindakan narsis.

Menganggap enteng dan tak berguna si orang lain dengan menyatakan bahwa dia sangat mampu mengatasi semua persoalan mudah, itu juga narsis. Melaporkan hal-hal yang bagus saja (asal bapak senang, ABS) dan tidak menerima ketika ada laporan jelek menerpa, itu pun salah satu perilaku narsis.

Barangkali kita tak sadar ketika perilaku narsis itu menyergap diri kita maka akan sulit untuk bisa melepaskan diri dari kebiasan tersebut. Konon dalam tata bahasa Inggris, kata 'narkotik' yang berarti candu pun berada dalam kelompok asal kata yang sama dengan kata narcissism. Lantas jika perilaku narsis memang sebuah candu, maka bagaimana kita bisa melepaskan dari jeratannya? Tentu dibutuhkan kerja keras luar bisa.

Persoalannya adalah apakah kita sebagai individu maupun kelompok dalam satu unit tengah berada dalam kubangan narsisme atau tidak? Nah, itu dia!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar