03 Maret 2011

Menikah


kuingin menikah seperti yang lain
bukankah cinta itu hak semua insan??

(BBB Girl)

Aku ingin menikah bukan karena tuntutan, bukan karena aku perempuan, bukan karena harus melahirkan sekian banyak anak, tapi aku menikah karena aku ingin bahagia.
Rasanya hatiku tak semulia orang-orang menikah yang mengharuskan diri mereka melahirkan generasi untuk merubah peradaban.
Jiwaku tak semulia orang-orang yang memasang target menikah muda agar bisa melahirkan banyak anak, aku juga tak semulia perempuan-perempuan yang takut jadi perawan tua, aku tidak semulia perempuan2 yang takut cibiran orang karena tak kunjung datang jodohnya.

Norma sosial kita terlanjur punya cetak biru tentang gambaran perempuan normal. Bekerja, menikah, punya anak, berkarir dirumah boleh atau bekerja lagi juga tak mengapa.Lalu anak-anaknya punya anak-anak lagi dan seterusnya. Tak ada perempuan yang berusaha untuk mengelak dari keseragaman takdir.

Tak penting menjadi aku dengan pikiran sekompleks itu. Disaat semua orang bermimpi tentang indahnya menikah, memasang target ini itu dengan segala visi misi menikah, target 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, 25 tahun menikah, rencana finansial, investasi keluarga, pendidikan anak-anak mereka, aku hanya datang dengan niat aku menikah karena aku ingin bahagia.

Setiap orang punya hak terhadap mimpi pernikahan mereka, planning, prioritas, akselerasi hidup setelah menikah, tapi aku menikah karena aku ingin bahagia.
Tak perlu rendah diri dengan cibiran orang atau inferior dengan sangsi-sangsi psikologis, karena ini subyektif, yang pasti hidupku tak didoktrin oleh dogma. Manusia berencana, tuhan ketawa. Hidup tidak perlu banyak rencana dan memelihara banyak keinginan. Terlalu banyak keinginan yang tidak terwujud seringkali berujung kekecewaan ( Nukila Amal).

Karena faktanya, yang kita butuhkan sebenarnya lebih sedikit. Sekali menikah, seorang pendamping, satu keyakinan, satu cita-cita. Sensitivitas, produktivitas akan lahir seiring dengan berjalannya waktu, tentu saja demi terwujudnya hidup yang berkualitas dalam pernikahan, dan tidak muluk-muluk. Sayangnya masih banyak yang menganggap gerbang pintu pernikahan adalah harga mati seseorang terlihat sempurna dimata orang lain.

Tentunya semua berproses. Bahkan manusiapun bisa berubah, Proses dalam perjalanan hidup yang akan membentuk kita yang sekarang dan esok hari. Ketidak pastian yang menyimpan kejutan-kejutan ternyata bisa mematangkan diri. Gagal, ditolak, gagal, menolak. Aku berusaha belajar untuk tidak mencemaskan masa depan. Berkali-kali jatuh adalah bagian dari tempaan. Aku bisa lebih terpuruk dari sekarang atau lebih baik dari sekarang, sejauh ini aku bisa melewati fase-fase sulit dan keluar tanpa cedera.

Dan, aku akan bahagia karena menikah, dan aku menikah karena aku ingin bahagia, aku pasti akan bahagia.

2 komentar:

  1. Rasul menganjurkan agar kita cepat-cepat nikah, oleh karena itu nikah yukk??, wkwkwk

    BalasHapus
  2. ngomong gampang bro, nyarinya itu syusaaah

    BalasHapus