13 Agustus 2010

La Carta Jakarta

12 hours from medhioen

+ 200 km from djogja

3 days with 3 little champs,

Sejuta pertanyaan, 100 rutukan, 10 keterpesonaan, dan 1 gagasan cinta

(dan senjata makan tuan) seperti halnya (boomerang)


seumur-umur tak pernah ada keinginan nginjak Jakarta setelah tau bobroknya hidup dan kehidupan disono. Lhaaa, pada akhirnya malah nginjak jua. Dan begitulah….

Ketika menginjak tanah Jakarta berjuta-juta pertanyaan mampir dikepalaku, kenapa Jakarta selalu mendominasi kehidupan? Napa juga selalu jadi biang kerok permasalahan yang ngabisin duit negara, apa sihh hebatnya Jakarta, napa juga banyak orang cinta mati golek duit mpe Jakarta?

Jakarta itu ibarat kupu-kupu malem yang indah tampilan luarnya aja, dengan daya tarik menggiurkan untuk dicoba, tapi dalamnya who’s know??

Dan ga sia-sia kalo dapet kesempatan merutuk apa saja dijakarta, musibah yang ga abis-abis, miniatur Indonesia yang carut-marut karena tipikal pemimpin yang KKN, tempat bercokolnya politikus2 busuk, ketimpangan keadilan ekonomi sosial (bayangkan hampir 80 % duit hanya muter di Jakarta), hedonisme, matre, konsumtif (hanya berjarak tiap 2km, mall ga pernah sepi), pemerkosaan lingkungan: hutan-hutan beton yang menusuk-nusuk langit untuk apartemen yang kontras dengan keberadaan slum,scatter,gunungan sampah( matur tengkyu dah…)kali-kali hitam…. Paradoks…

Sebagai orang UDIX yang dihinggapi euphoria penjelajahan intelektual, honest, iam breathless…. But ga lama-lama. Experience more than learning by theory, dan I proofe that.

But sebobrok-bobroknya

Jakarta

, masih tercium aroma cantik life loving brotherhood, secuil rasa kemanusiaan yang masih harum semerbak teruntai dalam ikatan persaudaraan.

Dan aku merasa sangat heran……

Seorang ibu yang kukenal di kereta dengan antusias memberi sebuah nasehat, hidup di

Jakarta

bukan sekedar trial eror, but ada harga mati yang harus dibayar untuk bisa survive. Klausa think globaly act localy sepertinya ga berlaku, justru think localy act globally, dalam artian begini, serap semua hal yang global, nikmati semua ism-ism yang ada, tapi tetap peganglah prinsip local anda, kalo anda memang orang udix, peganglah sikap udix anda-karena dasar (kultur) kita sebagai orang udix justru dapat dimanfaatkan sebagai tameng terhadap serangan virus-virus gombalisme peradaban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar