Ada seorang lelaki yang tampak sibuk bekerja di dekat batu-batu. Dari jauh seorang pemuda bertanya pada kawannya, kira-kira apa yang tengah dikerjakan oleh lelaki tersebut,
Kawannya yang pertama menjawab bahwa lelaki tersebut pastilah pengangkut batu karena melihat tangannya yang kotor berurat karena berat mengangkat batu.
Kawannya yang kedua menjawab bahwa pastilah orang tersebut sedang memahat karena melihat lelaki tersebut membawa alat pemukul
Karena melihat 2 temannya yang masih saling berdebat, seorang lagi mengajak untuk bertanya langsung. Ketika mereka bertanya pada lelaki tersebut, ia menjawab ia sedang membangun sebuah rumah dengan memakai batu-batu itu. Ketiganya merasa malu karena salah menilai….
Ada kalanya kita sering merasa seperti itu, ketika mata kita melihat suatu benda, kemudian frame itu ditangkap oleh otak kita, kemudian otak kita mengembalikan sinyal tersebut dalam bentuk kesan, dan kesan itu menimbulkan persepsi yang menghasilkan reaksi menolak atau menerima.
Yang jadi pertanyaannya adalah tidak setiap persepsi yang dihasilkan dari kesan merupakan konklusi yang bersifat mutlak. Suatu persepsi yang ditimbulkan dari kesan akan sangat tergantung pada lingkungan orang yang memperolehnya. Dalam hal ini persepsi sangat dibentuk oleh emosi atau experience ketika berada dalam lingkungan tersebut.
Persepsi yang dibentuk oleh experience terkait dengan intelegensi dan kemampuan orang menafsirkan sesuatu yang ada dihadapannya. Seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi persepsi terhadap hal-hal yang dilihat atau ditemui. Persepsi demikian memiliki kekuatan hukum yang landasannya jelas bersifat ilmiah
Persepsi yang dibentuk oleh emosi lebih banyak bersifat value secara kasat mata, orang cenderung akan menjudge secara eksplisit hanyaberupa kulit luarnya saja tanpa mempertimbangkan hal lain yang barangkali mengikutinya.
Perbedaan dalam menafsirkan persepsi ini dapat saja menuai konflik. Pada contoh sederhana diatas, cara pandang 2 orang yang melihat 1 hal yang sama saja sangat berbeda dan tergantung experience dan emosi masing-masing orang.
Pada intinya, sebelum kita menghakimi sesuatu, ada baiknya jika kita melihat alur atau tujuan dari hal tersebut. Atau paling tidak kita mempelajari pembawaan/ karakter yang mengikuti hal itu. Persepsi yang baik tidak hanya berdasarkan apa yang kita lihat, namun kumpulan persepsi dari orang-orang diluar kita bisa menjadi masukan dan pertimbangan yang lebih baik untuk mengambil keputusan bijak.
Konfirmasi adalah hal yang paling penting dilakukan ketika kita tak menemukan simpul kesepahaman karena pada dasarnya persepsi dapat menjatuhkan atau mengangkat nilai dari suatu hal.
Kawannya yang pertama menjawab bahwa lelaki tersebut pastilah pengangkut batu karena melihat tangannya yang kotor berurat karena berat mengangkat batu.
Kawannya yang kedua menjawab bahwa pastilah orang tersebut sedang memahat karena melihat lelaki tersebut membawa alat pemukul
Karena melihat 2 temannya yang masih saling berdebat, seorang lagi mengajak untuk bertanya langsung. Ketika mereka bertanya pada lelaki tersebut, ia menjawab ia sedang membangun sebuah rumah dengan memakai batu-batu itu. Ketiganya merasa malu karena salah menilai….
Ada kalanya kita sering merasa seperti itu, ketika mata kita melihat suatu benda, kemudian frame itu ditangkap oleh otak kita, kemudian otak kita mengembalikan sinyal tersebut dalam bentuk kesan, dan kesan itu menimbulkan persepsi yang menghasilkan reaksi menolak atau menerima.
Yang jadi pertanyaannya adalah tidak setiap persepsi yang dihasilkan dari kesan merupakan konklusi yang bersifat mutlak. Suatu persepsi yang ditimbulkan dari kesan akan sangat tergantung pada lingkungan orang yang memperolehnya. Dalam hal ini persepsi sangat dibentuk oleh emosi atau experience ketika berada dalam lingkungan tersebut.
Persepsi yang dibentuk oleh experience terkait dengan intelegensi dan kemampuan orang menafsirkan sesuatu yang ada dihadapannya. Seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi persepsi terhadap hal-hal yang dilihat atau ditemui. Persepsi demikian memiliki kekuatan hukum yang landasannya jelas bersifat ilmiah
Persepsi yang dibentuk oleh emosi lebih banyak bersifat value secara kasat mata, orang cenderung akan menjudge secara eksplisit hanyaberupa kulit luarnya saja tanpa mempertimbangkan hal lain yang barangkali mengikutinya.
Perbedaan dalam menafsirkan persepsi ini dapat saja menuai konflik. Pada contoh sederhana diatas, cara pandang 2 orang yang melihat 1 hal yang sama saja sangat berbeda dan tergantung experience dan emosi masing-masing orang.
Pada intinya, sebelum kita menghakimi sesuatu, ada baiknya jika kita melihat alur atau tujuan dari hal tersebut. Atau paling tidak kita mempelajari pembawaan/ karakter yang mengikuti hal itu. Persepsi yang baik tidak hanya berdasarkan apa yang kita lihat, namun kumpulan persepsi dari orang-orang diluar kita bisa menjadi masukan dan pertimbangan yang lebih baik untuk mengambil keputusan bijak.
Konfirmasi adalah hal yang paling penting dilakukan ketika kita tak menemukan simpul kesepahaman karena pada dasarnya persepsi dapat menjatuhkan atau mengangkat nilai dari suatu hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar