
Kediri, 8 hours from Purworejo, 6 hours from jogja, 2 hours from Medhioen,
no business,but economy class with train
Episode satu : seorang bapak tukang susu memulai aktivitas paginya berkeliling ke langganan-langganannya. Kalo dulu jamanku SMP bapak itu ngonthel setia dengan sepeda unta, tapi zaman udah modern kalee dan kota ini terus saja bergerak berubah dan merubah kultur masyarakat slow but sure.
Episode dua : usianya barangkali seumur hidupku. Dari zaman baheula, waktu setahun di TK, setahun di SD dan 3 tahun di SMP bahkan yang terakhir 6 tahun di jogja ketika berkunjung kesono selalu ada sosok yang tidak hilang...... kota ini mungkin terlahir dengan karakter kuat masyarakatnya yang loyal pada hal-hal yang telah membuat mereka hidup( i love this town)...
Episode tiga : Shiro gak pernah bosen kalo ngomongin susu, cinta matii kalee. Loyalitasmu patut dibanggakan. Aku bukannya PARNO tapi dulu sempet apriori dikit. Dikit kok.....
My first Strawberry milk shake, rasanya lembut di lidah, manisnya pass (aku kan ga doyan manis, wong wiz manis huehehe), gurihnya spektakuler, aromanya wuihhh, warnanya bersahabat . insya Alloh lulus sensor dahh... pertama kali kucicipi wuihhh rasanya bener2 melayang...... really..really delicious. Sapi-sapi itu menari diatas kepalaku dan Shiro jadi dedengkotnya...... huahaha. Sensasi rasa itu bener2 mengejutkan, karena seumur-umur minum susu baru kali ini merasakan rasa yang unik, original, dengan citarasa yang tak dapat diungkap dengan kata-kata. Jadi ingat Shiro pernah berceramah sampe berbusa-busa tentang manfaat susu, jadi termotivasi deeh......
Tapi diluar ini ada yang membuatku kagum, salut dengan sebuah kultur yang dibangun dengan optimisme, semacam kearifan lokal yang mengakar kuat, tidak berubah walaupun ada serangan modernisasi. Bukan jogja dengan serangkaian adat yang kehilangan identitas, bukan medhioen yang berlari dengan akselerasi pembangunan. Disini ada loyalitas, kearifan, ketsiqohan, konsistensi yang hidup dari serangkaian kebiasaan yang coba dipertahankan oleh sisa generasi. Karena itulah ada wajah-wajah sepuh yang bijak, kultur yang coba membendung arus hedonisme, para priyayi.......Fenomena seperti ini merupakan penghargaan dan kebanggaan tersendiri dalam hidup manusia yang serba materi, sarat kepentingan.
Balik maning neng bakul susu...... hanya satu potret kecil realita kehidupan yang masih bersahabat dengan konsistensi yang dipegang teguh oleh seorang, bagian dari rakyat kita, kearifan yang membuahkan kepercayaan, ketsiqohan selama beberapa masa. Mereka-merekalah yang disebut tiang peradaban, mempertahankan tanpa meninggalkan jejak kearifan.
Jadi semangat untuk jadi bagian dari pembangun peradaban..............i will, how bout you Shir?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar