02 Oktober 2010

Mahar Arrahmaan

Arrahmaan……a’llamalqur’an…..kholaqol..insaan……a’llamahul..bayaan……”
Bacaan itu mengalun syahdu dari seorang lelaki pada suatu detik akhir sebuah akad nikah. Kami yang mendengar lantunan dari Qur’an yang suci itu tak bergeming takjub bertasbih dan berharap cemas semoga beliau mampu melafalkan 78 ayat agung tersebut. Dari sudut mata ini kulihat sosok anggun beberapa meter didepanku hening. Adikku. Tiba-tiba aku terkenang

pada suatu masa beberapa tahun yang lalu hingga sampai di suatu masa ketika ia memutuskan menjalani satu hal terbesar dalam hidupnya menggenapkan separuh dien, mengikuti sunah rasulullah. Dan demi mengingat itu aku tersenyum mengingat masa-masa konyol namun sarat hikmah bersamanya. 

Gadis berani dan mandiri, ia sosok langka yang pernah kutemui, kontroversial tapi berprinsip dengan apa yang dia jalani. Hampir tak pernah kubayangkan, bahwa salah satu langkahnya ini menuai banyak pengorbanan yang aku sendiri mungkin tak akan bisa membayangkan untuk menjalani. Tetapi inilah hidup dan saat ku sadar bahwa ini adalah resiko dari episode hidup seseorang, kita tak mungkin bisa mengubah kecuali ikut mengambil bagian menjadi pemain figuran disana.

Teman, jika berkaca pada diri kita sendiri, kita tak pernah tau apa yang akan terjadi pada hidup kecuali kitalah yang membentuk, merancang, merencanakan dan mempercantiknya. Pernahkah suatu saat terlintas dibenak, jalan hidupmu akan seperti apa? Apakah sama dengan yang lainnya? bagaimana setahun, sepuluh tahun, duapuluh tahun kedepan? Sungguh bahwa kita tak pernah tahu. Jika kita merasa saat ini bersama dengan orang-orang yang kita cintai, dengan tujuan yang sama, memperjuangkan sesuatu yang sama, merasakan lezatnya keimanan, dan manisnya persahabatan…tapi… kemudian, ketika kita mulai berpikir ada hidup yang lain yang harus ditempuh dimana kita adalah pemeran utama dalam episode hidup yang kita buat, kita pasti akan melangkah dengan sendirinya menuju jalan kita masing-masing. Jejak langkah kita tidak akan sama. Karena bumi berputar dan waktu adalah pembatas segalanya. 


Disitulah teman, jika kau memandang pada kehidupan orang lain, kau akan mudah mengenali siapa dirimu. Karena hidup kita satu sama lain berbeda dan kepada orang-orang terdekatlah, kita bercermin. Ujian kenikmatan dan musibah senantiasa bergulir di tiap gerak langkah kita . Dan bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bisa mengambil hikmah dari episode hidup teman-teman dan saudaranya? Dan bersyukurlah atas kenikmatan sekecil apapun yang selalu mengiringinya.

Begitupun ketika kutemui salah satu episode diatas, dan jadi berpikir apakah suatu saat juga apakah akan mengalami perjalanan hidup yang sama ?tapi sungguh pikiran itu cepat tertepis karena sadar bahwa Alloh telah menakar segala sesuatu untuk hambaNya, dan skenarioNya atas hidup kita telah digariskan. Tinggal bagaimana kita bisa menggunakan kesempatan dan peluang yang diberikanNya. Dan aku terharu sekali menyaksikan peristiwa tersebut berlalu. Karena ku yakin inilah yang terbaik yang pernah Alloh berikan pada sosok adikku dengan banyak hal yang telah dijalaninya. Pertarungan prinsip, perasaan, tuntutan dan sebagainya dibalas Alloh dengan seagung-agungnya sebuah pernikahan. Dan tak habis-habisnya rasa syukur atas semua ujian kenikmatan yang pernah dirasakan hidup ini dengan lantunan Arrahmaan sebagai mahar. Indah …………

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(Qs. Arrahmaan 13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar