14 November 2010

BEHIND SCENE OF AVATAR


Tulisan ini asli review copas dari majalah Femina

Oél ngáti kámeie….!
Kata-kata Neytiri kepada Jake Sully yang artinya I see you dalam bahasa inggris sanggup membius penonton. Siapapun yang mendengarnya pasti tergelitik mendengar sensasi berada di planet asing selain bumi.
Itu adalah bahsa Na’vi, makhluk berwarna biru dan menyerupai kucing dengan tinggi 10 kaki. Mereka tinggal di Pandora, planet kaya sumberdaya alam yang mirip bumi.

Kenyataannya tak ada planet bernama Pandora. Bahasa itu hanya rekaan Paul Frommer, seorang doktor linguistic yang khusus menciptakannya demi film yang diputar serentak di bioskop dunia sejak 18 Desember 2009. Ia bersama James Cameron, sang sutradara sekaligus penulis naskah menciptakan bahasa dan kebudayaan Na’vi sejak awal tahun 2006. Hasilnya sebanyak 1000 kosakata baru tercipta dengan perpaduan inspirasi bahasa Amrahic milik Ethiopia dan bahasa suku Maori Selandia Baru yang melahirkan detail mengagumkan dalam Avatar. Pemandangan alam Pandora yang mempesona memang sanggup membuat mata tak berkedip. Sepanjang 162 menit, penonton diajak berpetualang di hutan eksotis dengan tetumbuhan warna warni.

Avatar yang diambil dari konsep inkarnasi hindu dimaksudkan sebagai sebuah progam cloning makhluk Na’vi dari sel genetis manusia. Lucunya, inspirasi sosok makhluk biru ini didapat James Cameron dari mimpi sang ibu, jauh sebelum ia menulis naskah Avatar.


James cerdik menyisipkan tokoh berkarakter kuat dan penuh konflik. Mungkin ini dilakukannya untuk menyiasati keseluruhan cerita yang tidak terlalu baru, namun pesan yang diusungnya, perusakan lingkungan yang dilakukan manusia terasa sangat dekat dengan kita Yang pasti, James teliti memberikan detail dalam film ini. Ia sangat memperhatikan karakter-karakter yang ia ciptakan. Tak ada sutradara yang dapat mengalahkan ketelitiannya.


Apa rahasia kecangguhan techno yang diusung Avatar sehingga mampu memanjakan penonton? Lagi-lagi karena tangan dingin James Cameron yang menciptkan terobosan baru dalam teknik perfilman.
Cara baru yang digunakan itu adalah kamera mini yang sengaja dipasang di depan wajah para aktornya pada alat mirip topi demi menghindari penggambaran mata karakter yang miskin emosi (dead eye). Kamera mini ini merekam dengan baik seluruh ekspresi wajah sehingga memudahkan pemindaian hasilnya menjadi bentuk animasi yang halus. Dengan cara ini James bisa menangkap dan mengaplikasikan ekspresi,raut wajah sampai pergerakan mata yang rumit. Inilah yang membuat dunia mimpi Avatar terasa nyata.


James Cameron pantas berterimakasih pada Weta Digital sebuah perusahaan special effect baru yang berhasil menciptakan sosok Gollum, karakter dalam film The Lord of The Ring. Setelah itu berturut-turut karakter Kingkong, Davy Jones dalam Pirates of Carribean. Seiring itu, James turut mengembangkan teknologi motion capture dengan penggunaan kamera virtual. Hal itu seolah menjadi kunci pintu proyek impiannya yang memang membutuhkan teknolgi canggih untuk menyempurnakannya sejak satu dekade lalu. James telah mendobrak batasan-batasan lama dan membuat tatanan baru dalam teknologi perfilman dunia menggantikan posisi George Lucas barometer visual effect selama beberapa dekade terakhir.


Avatar sempat diragukan sebagai film yang hanya mengandalkan efek visual semata. Apalagi budget yang gila-gilaan untuk proses produksi dan pasca produksinya yaitu sekitar 500 juta dollar AS (sekitar 5 triliun). Inilah yang menjadikan Avatar film termahal sepanjang sejarah. Nyatanya hingga saat ini Avatar masih berada di posisi puncak box office dan penghasilan kotornya di seluruh dunia menembus angka 1 miliar dollar (sekitar 10 triliun) melampaui The Lord of The Ring: Return of the King yang hanya menghasilkan 752 juta dollar (sekitar 7,5 triliun). Proses syuting Avatar dimulai sejak 2007, mengambil tempat di LA, New Zealand dan Meksiko. Hebatnya proses syuting hanya berlangsung kurang lebih sebulan. Namun proses pasca produksinya memang sangat lama (lagi-lagi) terlama sepanjang sejarah perfilman Hollywood. Penyebabnya tentu untuk menyempurnakan grafis dengan teknologi CGI (computer-generate imagery), grafis computer 3D dalam special effect yang dikerjakan oleh 1000 tenaga kreatif. Hasilnya, gambar-gambar CGI Photorealistic ( dengan komposisi 60 % CGI dan 40 % live action) yang mendekati nyata dan belum pernah ditemukan di film-film berteknologi serupa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar