26 Februari 2011

Filosofi Sepur Romantis





Tut tuuut (booooong)……gejees gejees gejeees….. liukan ular besi itu berhenti di depan mataku, satu persatu penumpangnya turun dan beberapa berebutan naik. Tiga menit yang kadang tidak terasa itu jadi momok orang-orang yang terlambat berlarian naik ke gerbong. Hmm… dia tak pernah mau menunggu.


Diseberang dudukku, tampak suatu keluarga dengan tiga orang anak lelakinya yang telah beranjak remaja antusias mengantarkan ayah mereka naik ke gerbong. Olala, apa itu? Aku tak salah lihat, sang ayah dengan ceria mencium kening istri dan anak-anaknya---pemandangan langka yang tak selalu bisa kulihat ditengah sikap social yang begitu sangat individualis—what a amazing moment.
Aku tak melewatkan rasa sentimental bahkan tersedu sedan ketika berada di dalam gerbongnya,

Aku juga tak pernah tau apa yang membawa orangtua membawa kurcaci-kurcaci kecil mereka melewatkan sore hari dengan berjejer rapi di bantaran tanah kosong untuk sekedar menonton sepur lewat…dan mereka berteriak-berteriak gembira.

Atau siapa yang mengira bahwa rangkaian gerbong besi itu adalah satu-satunya moda yang membuat jalan mobil presiden sekalipun berhenti menunggunya lewat???
Atau, sebuah scene dramatis mengejar pujaan hati di antara gerbong2 besi seolah tak rela membiarkannya pergi, huhuhu, adegan paling romantic dalam drama-drama korea yang pernah kutonton…

Sekali lagi, ular besi itu seperti punya gaya gravitasi menciptakan kemistri bahagia untuk umat manusia, hanya dengan sepur kawan, hanya dengan sepur. So, berterimakasihlah bahwa moda transportasi ini pernah tercipta didunia berbekal efisiensi dan efektivitas gerak dari model aslinya: ULAR.

Dan imajinasiku berbuncah dari kepala dan berebutan berlari hingga tertinggal kala sepur romantisku melaju kencang. Lihatlah kawans, barisan pepohonan jauh tertinggal di belakang, rumah-rumah seolah berloncatan menjauh, aku tengah berlari menerjang relativitas waktu dengan cara bombastis.

So apa yang ada dikepalamu ketika kuceritakan tentang sepur? Spoor (bahasa belandanya) adalah moda transportasi ekonomis yang populis. Saking ekonomisnya, banyak rakyat yang rela mati (baca: tewas) gara-gara naek sepur. Sepur juga transport yang mudah dibajak para bonek demi menonton laga tim sepakbola kesayangan mereka. Pendek kata nae sepur akan membuatmu bahagia terlepas dari rebutan kursi, ga dapet karcis ato toilet yang jorok sedunia--ini hanya di terjadi di Negara seperti indonesia—

Bagiku, nae sepur adalah moment dag-dig-dug laiknya nunggu keputusan ditolak ato diterimanya proposal dengan ikhwan. Semua berpacu dengan waktu, ontime dan disiplin. Kita ga bisa majuin ato mundurin jadwal. Jika terlambat, aku sudah tertolak dengan tidak terhormat,ditinggal pergi sepur, persis ditolak ikhwan karena syarat ini itu yang ga sepadan. Nasib. Dan akhirnya tertinggal dan tak sampai pada tujuan. Nah, ceritanya akan berbeda jika kita dapet karcis, duduk manis dan menunggu sampai dia datang. Bahagianya jika datang dan dengan ramah menyapa kita, mempersilakan nae ke gerbongnya, hidup rasanya seperti ada di pelaminan (ngayal bin ngaco). Dan kita siap pergi dengan hati tenang karena dia memberi kita rasa nyaman dan aman sampe ke tempat tujuan.

Dan taukah kawans, betapa romantisnya sepur itu, dia ibaratnya seperti imam besar yang menuntun kita ke jalan yang lurus. Lihatlah, relnya lurus-lurus aja khan, ga pernah melenceng ke kanan dan kekiri apalagi keatas. Kalo berbelok, ia akan tetap mengikuti hukum fisika,percepatannya mengagumkan, tau dimana dia berhenti dan kembali berjalan, ga saling mendahului. Kalopun nabrak, dompleng atau kecebur kali misalnya ya bukan salahnya si sepur. Pendeknya, hidup rasanya terjamin dengan filosofi sepur. Hidup selalu ada di jalan lurus, hidup sesuai di track-nya, jalan yang sudah ditetapkanNya, begitulah seharusnya hidup kita. So, kawans, kalo kau belum pernah nae sepur, betapa amat sangat kebangetan dirimu. Rasakanlah sensasinya. Sensasi kecepatannya, sensasi sentimentilnya, sensasi bahagianya. Jangan Cuma jadi pengguna pasif( baca= tidur) yang luput mentadabburi perjalananmu dengan sepur, karena banyak hal-hal romantic=s yang akan memperkaya jiwamu (dengan cuci-cuci mata dan lirak-lirik).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar