08 Maret 2011

TANTANGAN MULTIDIMENSI MANAJEMEN RESOURCES


Studi Observasi terhadap gerakan KAMMI

Secara normatif dalam perencanaan suatu organisasi dan pergerakan, hal penting yang menjadi ruh pergerakan adalah VISI atau dalam terjemahan bebas adalah pandangan terhadap kondisi masa depan yang diharapkan.

Menyimak definisi A Vision is a picture of a preferred future state, a description of what it would like to be some years from now. It is more than a dream
or set of hopes; it is a commitment. Designing and managing the changes to reach the goals. Vision are rooted in reality but focused on the future. They enable us to explore possibilities. They are desired realities.

Dari definisi diatas terdapat beberapa keywords yang dapat diapresiasikan lebih lanjut yaitu bahwa visi itu lebih dari sekedar mimpi atau harapan (a dream or set of hopes ), tetapi merupakan satu kesepakatan (it is commitment) untuk menciptakan kondisi yang lebih baik (preferred future) untuk satu satuan waktu kedepan.

Dalam hal ini keberadaan suatu Visi harus secara nyata mampu memberikan fokus perhatian sedemikian rupa agar seluruh daya, dana dan perhatian dapat dikonsentrasikan untuk berupaya merealisasikan harapan. Dengan demikian, secara fungsional satu visi harus secara nyata dapat dijabarkan menjadi berbagai rumusan kebijakan dan selanjutnya menjadi berbagai program perubahan.

Sebagai suatu gerakan pengusung perubahan, mampukah KAMMI berkomitmen mewujudkan set of hopes tersebut menjadi preferred future mengingat wacana perubahan yang selalu diusung masih bersifat abstrak dan bernuansa politis semata. Bagaimana dengan misi dan sosialisasi perubahan yang menjadi mimpi KAMMI yang kebanyakan ‘nongkrong’dalam ‘legislatif’, namun belum terdengar gaungnya di ranah ‘eksekutif’ sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan. Apakah kader-kader KAMMI dicetak hanya untuk menjadi aristokrat atau birokrat yang elite, dan gamang menjadi teknokrat yang handal? Momentum perubahan yang sering diwacanakan masih belum menyentuh secara mendalam (indepth) dan tembok eksklusivisme masih menjadi momok yang menakutkan golongan ammah untuk melongok kedalam KAMMI.

Lepas dari prasangka itu, dengan kapasitas sebagai gerakan da’wah, dengan misi khalifatul fil ardh, sepatutnya KAMMI merekomendasikan grand design perubahan, pengelolaan, suatu good governance yang mampu merealisasikan harapan-harapan untuk masa depan Indonesia. Bagaimanapun pendekatan yang dipakai hendaknya berasosiasi dengan pencapaian sustainable development .

Sustainable development merupakan suatu paradigma yang menekankan pada pola pembangunan yang mempertemukan kepentingan generasi sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Rauch (1997) mengemukakan bahwa suatu rekayasa pembangunan tetap harus mendasarkan pada kepentingan bahwa keadilan ekonomi, institusi dan lingkungan saling bersinergi. Dalam hal ini sumber daya manusia (teknokrat) sebagai base dari pembuat kebijakan harus mampu melihat kapasitas dan fungsi dari resources yang dikelolanya. Tak jauh dari hal itu, Alqur’an telah menyebutkan posisi manusia dan kepentingannya,
”.........sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah...... ”
(QS Shaad:26)


Beberapa hal yang menjadi tinjauan khusus dalam suistanable development adalah (1) intra/inter generation dimension yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan generasi sekarang dan generasi yang akan datang dalam lingkup ruang dan waktu tertentu.; (2) intra/inter regional dimension yang menekankan arti penting keterkaitan fungsi ruang satu dengan yang lain baik dalam level mikro, meso maupun makro.

Poin penting dalam dimensi pertama menekankan pada SDM sebagai subyek yang merencanakan, memanfaatkan, menata, mengelola, melindungi dan melestarikan resource tidak hanya dengan tujuan memenuhi kebutuhan generasi sekarang namun ada follow up bagi kebutuhan generasi yang akan datang. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah SDM unggul yang civic minded dan mampu menemukenali permasalahan bangsa dan menjadi problem solving. Sedangkan inti dimensi kedua menekankan pada integrasi fungsi ruang sebagai satuan obyek yang memiliki batasan-batasan tertentu untuk mengakomodir kepentingan manusia. Lebih jelas lagi bahwa tekanan paradigma perubahan yang diusung ini tidak hanya berpijak pada idealisme yang bersifat heroik semata namun hasil berpikir kritis terhadap krisis multidimensi yang melanda negeri kita.

Fakta dilapangan masih miskin mewacanakan birokrasi multisektoral dan sinergisasi antara teori dan praktik. Kebijakan-kebijakan publik hanya dilihat dari sisi ekonomis jangka pendek semata tanpa memperhitungkan keterkaitan fungsi strategis dan integrasi antar sektor jangka panjang. Imbalancing ekonomi, lingkungan dan institusi dapat dirasakan dari porak-porandanya ekonomi negeri, eksploitasi resource yang imbasnya adalah bencana alam dan sosial serta korupsi kelembagaan.

Tentunya menjadi pertanyaan besar apa saja kerja birokrat kita?
Sudah siapkah para ’teknokrat’ KAMMI dengan tantangan semacam ini? Perlu digarisbawahi bahwa proses perubahan masih sangat panjang dan menjadi agenda besar negeri kita untuk sampai pada preferred future yang menjadi mimpi bersama. Harapannya gagasan dan wacana politik KAMMI tak ’menthok’ menjadi ghazwul fikr internal gerakan saja namun suatu saat bisa menjadi konsumsi publik yang futuh disepakati bersama.


Cynthia D.Scott,MPH, PhD, Dennis T. Jaffe PhD, Glenn R Tobe. MA “Organizational Vision, Values and Mission”, 1993

1 komentar: