13 September 2012

Little Note from A Parking Man



Pagi itu demi mengejar deadline ngeprint tesis yang tak kunjung selesai di rentalan teman di daerah Seturan, saya bergegas melaju motor dan niat ngetem disana sampai sore. Waah, kertasnya habis nie. Karena Teman saya tak punya persediaan kertas A4, saya kembali ngebut untuk membeli kertas dengan motor bututku. Nah itu dia toko buku murah yang ditunjukkan teman. Seperti biasa,
tukang parkir antusias menyambut motor saya. Karena buru-buru, saya tak menanggalkan helm dan masuk begitu saja tanpa sekalipun melirik bagaimana keadaan si Moti (motor butut saya) wes, pokokmen aman laaah ditangan tukang parkir. 15 menit kemudian, saya kembali ke parkiran dan menghela Moti keluar sambil memberi tips parkir. Si tukang  parkir itu  sontan bertanya,

Mbak, kuliah di fakultas ‘bla bla bla’ ya??
Saya mendongak heran sambil memperhatikan dengan lebih cermat si tukang parkir. Dari tampangnya masih sangat muda dan barangkali umurnya dibawah saya.
 Lho, kok tau mas??
‘lha itu motornya?’ sambil menunjuk motor saya yang  sangat narsis karena penuh dengan tempelan stiker fakultas ‘bla-bla-bla’ tempat saya kuliah.
‘kenal  pak X ga?’ sambil menyebut salah satu dosen yang ternyata juga saya sukai
‘ohh kenal mas, dulu saya pernah diajar. Lha kok tau pak X?” saya masih tak percaya
Tukang  parkir itu sambil malu-malu menjawab, saya dulu kuliah disana di jurusan ‘ini’
Saya ber-oooooohh riaa dengan wajah yang belum percaya  dan kemudian segera pamit. 
Ketika mengendarai si Moti kemudian saya jadi berpikir, si mas parkir kuliah di fakultas yang sama, dan tampaknya tadi begitu senang banget ketemu teman almamater  dan mengenang salah satu dosennya. trus jadi tukang parkir. Tukang parkir???? So what??
Saya beristigfar perlahan. Apa yang salah???ahhh, ga mungkin kan masnya ‘Cuma’ jadi tukang parkir??
Mungkin dia Cuma part time disitu? Atau pas gantiin tukang parkir aslinya yang lagi ‘mokel’ mungkin? Atau nyambi bantuin temannya? Atau Cuma iseng aja jadi tukang parkir pas giliran saya kesitu? Atau uji nyali jadi tukang parkir??
Saya  beristigfar lagi. Kok jadi begitu mengecilkan banget arti dan keberadaan tukang parkir?? Apalagi kalo itu lulusan dari Universitas terbaik di jogja-universitas yang gradenya  telah menghasilkan lulusan-lulusan terbaik. Rasanya jadi sedikit nelongso, apa kampus kurang memfasilitasi para alumnusnya untuk mendapat tempat pengabdian yang lebih layak?
Atau mungkin gairah kerja dan ambisi mendapat posisi lebih baik cenderung menurun? Ahhh ga mungkin, sepengetahuan saya alumni fakultas ‘bla-bla-bla’ ini  masa depannya cerah-cerah dan ambisius mengejar mimpi kok. Trus apa lapangan kerja begitu susah dicari untuk gelar sarjana? Banyak sarjana yang nganggur. Ga hanya S1 bahkan S2 dan S3! Apa Indonesia telah kehabisan tempat kerjaan untuk para penganggur intelektual itu? Begitu banyak pengantri sarjana di job fair berharap curriculum vitae dan toeflnya mendongkrak kapasitas untuk masuk di suatu perusahaan. Dan saya bayangkan si mas-nya pun adalah bagian dari para pengantri itu. Lalu kemudian jika pekerjaan impian tak kunjung didapat,maka apapun pekerjaan sekecil apapun dilakukan. Termasuk menjadi tukang parkir.
Mendapati pengalaman berharga bertemu teman satu almamater dengan keadaan ini begitu besar artinya. Bagaimanapun hasil akhir dari suatu pendidikan itu adalah  karakter dan karya, bukan pekerjaan.  Harusnya orang-orang seperti saya dan kebanyakan lainnya kembali merestart pemahaman yang kadung salah kaprah berkembang di masyarakat. Kuliah agar bisa kerja—seharusnya kuliah agar bisa berkarya—dan itu suatu bentuk pengabdian terbaik  yang saya lihat dari teman-teman almamater saya.
Semoga ini bukan prasangka. Pekerjaan seremeh apapun tapi dilakoni dengan kejujuran pastilah berkah dan halal. Hal yang sama juga diamini oleh teman saya pemilik rental yang juga penasaran. Dari ceritanya, tukang parkir aslinya biasanya bapak berumur bukan yang muda tadi. Ohh, semoga saja hanya pikiran liar saya yang terlalu mendramatisir. Semoga si mas-nya beranjak menjadi besar, kalopun ini semacam uji nyali, saya berharap ia lulus jadi pemenang.

1 komentar: