
candu....
facebook itu hampir seperti candu dan butuh energi besar untuk memutus rantai ketergantungan terhadapnya.
kalo pada akhirnya tanpa babibu 'mak jeder' aku menghilang dari dunia persilatan, ya itu semata-mata untuk 'back to zero point',
belajar kembali ke dunia nyata, tempat realitas hidup sesungguhnya. dan faktanya adalah manusia senantiasa berubah dan itu adalah sunatullah,
terapi kedewasaan, aku sadar benar bahwa facebook tak membuatku jadi dewasa kecuali 0,00001% mencatutkan idealisme dalam tiap notesku. kita terkondisi untuk minta pengakuan dari orang lain baik secara sadar maupun tidak. dan karenanya aku belajar untuk menjadi muak dengan status orang-orang yang bawaannya cuma mengeluh dan bermimpi di dunia abstrak yang ga 'ngeh' bentuknya seperti apa, sama halnya dengan fren listku yang barangkali juga muak dengan kondisi statusku kadang-kadang 'lullaby'..... (lhaa, sopow sik guru lullabyne?--yang sadar ga usyah ngacung, top markotop dah ilmune). dan saking muaknya dengan status orang-orang yang lebay-nya melebihi ke'lullaby'anku, ya sori dori stroberi kalo ku 'block person' dan sebagian kecilnya ku 'tendang' dari fren list-ku. kejam? iya. sangat malah. frenku dari dulu ga nambah-nambah. iam the selective person, 90 % fren listku adalah semua orang yang kukenal, pernah berinteraksi dengan mereka, 10 % sisanya adalah recomended fren, dan dari 90 % itu orang-orang itu, 80 % nya adalah hi quality person, dengan potensi besar yang mereka miliki. dan aku bangga menjadi teman mereka.
kadang aku tak berharap facebook menjadi teman curhat abadi yang happily ever after, karena baru sadar juga sekarang, banyak orang yang lari ke facebook karena mereka tak sepenuhya percaya pada seorang secara utuh, mereka seperti halnya aku dulu adalah ' manusia kesepian' yang ingin sedikit dapat perhatian karena komunikasi dalam dunia nyata kita 'stuck', 'monoton', tak berkembang, tak kreatif.
Dan dengan semua keterbatasan itu aku belajar menahan diri, belajar untuk mengerem keingintahuan hidup bombastis orang lain,dan gara-garanya disemangati oleh kevakuman seorang teman baik selama ramadhan--sebuah momen yang tepat untuk memulai semua bukan?- dan protes-protes cerdas seorang kawan bahwa aku sebenarnya punya pilihan, membuat status pesbukku kaya dengan keluhan, ratapan bahkan impian kosong atau berbagi rowa'i dan pemikiran kritis??
tapi akhire yo balik maning yaa...
pertanyaanya? apakah aku masih lebay? ato semakin dewasa dengan media sosial bernama Facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar