Tuhan memang
adil, ’meminjamkan’ tanganNya pada orang-orang
lemah untuk menunjukkan kekuatan
dan kebesaran rahmatNya—
braille |
Ratmi namanya. Lima huruf singkat tercatat di
contact ponselku dengan kata depan
'pijat'. Ya, mbak Ratmi adalah seorang tukang pijat-spesialis karena
berkebutuhan khusus. Mbak Ratmi tunanetra. Tak bisa melihat sedari kecil. Diusianya
yg lewat dari 30 tahun ini, hanya memijatlah kemampuan yang bisa diandalkannya.
Mbak Ratmi berperawakan kecil, kurus
kering serta mengenakan kerudung yang kadang mencong kesana kemari. Penampilan memang bukan segalanya didukung oleh pijatannya benar-benar manthus,manteb kata orang jawa.
kering serta mengenakan kerudung yang kadang mencong kesana kemari. Penampilan memang bukan segalanya didukung oleh pijatannya benar-benar manthus,manteb kata orang jawa.
Sering ia mengoreksi, apa pijatannya terlalu keras? aku
hanya perlu merequest seberapa keras kualitas pijatannya. Mbak Ratmi akan
menyesuaikan jemarinya dan intensitas
pijatan tangannya agar konsumen puas. Begitulah.
Disela sesi pijatan itu Mbak Ratmi bercerita tentang
hidupnya. Bahwa dari kecil hingga menginjak usia 17 tahun, ia tak pernah
mengecap bangku sekolah, belajar
bersama teman dan mengenyam pendidikan layak. Ia hanya terlahir di keluarga
sederhana yang
memaknai kekurangan anak bernama Ratmi tak perlu diupayakan untuk menjadi pintar dan maju. Cukup hidup apa adanya dengan keterbatasan yang dimiliki. Karena itu ia hanya belajar hal-hal bersifat domestik, internal rumah tangga hingga hal hal kecil satu dua yg mampu ia lakukan untuk bapak, ibu, kakak dan adiknya.
memaknai kekurangan anak bernama Ratmi tak perlu diupayakan untuk menjadi pintar dan maju. Cukup hidup apa adanya dengan keterbatasan yang dimiliki. Karena itu ia hanya belajar hal-hal bersifat domestik, internal rumah tangga hingga hal hal kecil satu dua yg mampu ia lakukan untuk bapak, ibu, kakak dan adiknya.
Suatu hari perpanjangan tangan Dinas Sosial menghampiri
rumah orangtuanya, menawarkan pelatihan kemandirian dan pendidikan bagi
orang-orang seperti dia. maka,sampailah hidup mbak Ratmi pada tempat bernama
Sekolah istimewa bagi siswa berkebutuhan khusus di Kota Malang Jawa Timur. Ia mulai belajar membaca dan menulis dengan huruf braille, belajar
mengutak-atik ponsel khusus (nokia), belajar tentang anatomi tubuh manusia, belajar
ketrampilan memijat,membuat karya dari benda-benda daur ulang dan beberapa
skill yang bisa menjadi bekal kemandiriannya.
Rejeki Tuhan memang Luas. Setelah empat tahun belajar, ada seorang sejawatnya menawari
pekerjaan menjadi tukang pijat menggantikannya
bekerja di penyalur pijat tunanetra di pelosok
kota menengah di Jawa Timur. Karena enggan pulang kerumah dan ingin pengalaman baru, mbak Ratmi mencoba tawaran
itu. Disinilah ia berkiprah menggunakan
ilmu memijatnya dan aku menjadi salah satu pelanggannya.
Tapi begitulah roda rejeki itu berputar selayaknya diatas dan
kadang dibawah. Jika permintaan sedang
ramai, dia bisa memenuhi panggilan memijat 3-4
orang perhari, tergantung request
pelanggan yg ingin merasakan pijatannya. Tapi jika sepi hanya 1-2 orang cukuplah. Sebenarnya 3-4 orang sehari itu sudah terlalu
banyak untuknya karena keterbatasan kemampuan tangannya. Ia pun juga berbagi rejeki dengan kawan pemijatnya yg lain
sehingga kadang menolak memijat untuk
memberi kesempatan kawannya yang lain. Tak sampai disitu. Honor memijatnya yang
hanya 30 ribu itu harus dipotong utk biaya akomodasi dan administrasi penyal urnya.
Secara, ia dan rekan-rekannya di
penyaluran pijat itu memang tinggal
gratis di tempat penyalur dengan akomodasi dan
makan. Setelah dipotong sana
–sini ia hanya mengantongi Rupiah 12 ribu
untuk satu kali layanan pijat.
Aku iseng berkelakar, untuk apa uang yang dikumpulkannya
itu? Apakah untuk biayanya mudik? Atau untuk menikah? Sambil tertawa ia
menjawab bahwa ia jarang sekali pulang
ke rumah. Ia ingin mencari uang sebanyak-banyaknya untuk mandiri agar tidak bergantung pada sanak saudaranya.
Soal Menikah? Yaah hanya menunggu rejeki dan lampu hijau Gusti Allah katanya.
aah.. mbak Ratmi.
Dunia yang keras ini nyatanya membentuk alur hidup lebih lembut dengan keistimewaan duniamu. Lama
tak bertemu, seorang sejawatnya memberitahu mbak Ratmi telah pindah kerja di
penyalur pijat yang lain, entah di suatu tempat disuatu kota dengan pengalaman
dan petualangan seru menjadi
pemijat. Semoga saja mbak Ratmi bahagia
dengan hidup sederhana yang dijalaninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar