11 Mei 2013

Road to Madinah (Part 1)



masjid nabawi


Kawan sejawatku  pernah berseloroh, apa ada amalan biar cepat dapat ‘panggilan’ ke rumah Allah?  Berarti ngajinya pinter? Sholatnya rajin apalagi sunnahnya  ga luput sehari semalam? Sedekahnya, puasanya ga cukup senin kemis, tapi daud dan tengah bulan dibabat habis? Apa memang seperti itu? Ahh…
enggak juga.  barangkali untuk sebagian orang-orang yang merasa dirinya cukup dengan amalan ibadah itu bisa jadi Allah legalkan ia dengan undangan istimewa . 
Isinya, ‘  Dengan rahmat Allah SWT, dengan ini kami mengundang Fulan bin fulan, umur 47 tahun,  (penjual daging sapi di Pasar Pasir selama 20 tahun, tidak pernah mengakali timbangan, tidak pernah  mengkhianati pelanggan, suka memberi senyuman, hobi sedekah bila lapang maupun sempit,  tidak pernah ketinggalan sholat dhuha ) untuk mengunjungi baitullah di tanah suci. Dan undangan istimewa ini disampaikan oleh perwakilan hambaNya yang lain yang kebetulan pelanggan  daging Pak Fulan yang sukses jadi pengusaha bakso.
 Tapi lain rupa  Pejabat korup yang bolak-balik naik haji, apakah karena ibadah
sholatnya bener sedangkan tiap hari uang sogokan dikantongi?
 Anggota dewan terhormat yang  hobi cuap-cuap kepentingan rakyat apakah juga muamalatnya bener  sedangkan setiap teknis umroh  maunya dilayani sampai bikin pusing mutawwifnya?
Apakah benar karena panggilan jiwa mereka?? Apakah karena panggilan Allah?
 Satu-satunya yang kupahami  adalah mereka bisa haji atau umroh karena ada materi, kesempatan dan koneksi.  bahwa jikalau Tuhan benar-benar memanggil,  mungkin tuhanku itu hanya ingin melihat dari dekat wajah-wajah kesuh hambanya itu, yang tiap waktu merengek –rengek supaya dikabulkan ini dan itu, dikayakan ini dan itu,dilegalkan kekuasaannya ini dan itu,  disejahterakan ini dan itu sedangkan kelakuannya  di  tanah air dan ditanah suci tetap sama.
Dan  mungkin  saking muaknya, tuhanku  berkata, ‘ oalaah le, tole, nduk, genduk…. Kekarepanmu kok macem-macem, padahal Aku gur njaluk pengabdianmu karo roso syukurmu… mbok tobato sik le…nduk….njaluk ampunanKu sik…trus sing becik kelakuanmu, kowe ojo ngisin-ngisini, ojo  dadi menungso takabbur  nang  omahKu..
(oalah…  le (sebutan untuk lelaki), nduk (sebutan untuk perempuan)…. Permintaanmu kok macam-macam, padahal Aku hanya minta pengabdianmu dan rasa syukur darimu. Minta lah ampunan  dulu dariKu. Terus perbaiki perilakumu, jangan jadi manusia memalukan dan takabur  di rumahKu(alam semesta)—
dan ini hanya dialog mimpi)

Road to Madinah (Part 2)
Road to Madinah (Part 3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar