ilahi anta maqsudi
Malam,
sebelum berangkat itu ayah mengumpulkan kami, anak-anaknya dan memberi tausiyah
kecil tentang makna ibadah yang singkat
ini. Betapa ibadah yang nantinya akan kami jalani ini niat utamanya bukan untuk
yang lain tetapi hanya lillahi ta’ala, terlepas dari semua permintaan yang
mungkin akan kami minta di Madinah atau Mekkah nantinya. Ada lima perkara ibadah yang kita tuntut.
Satu, ilahi anta maqsudi wa ridhoka mathlubi, bahwa segala muara ibadah yang kita lakukan
itu murni hanya untuk Allah SWT, hanya karena Allah SWT dan hanya mengharapkan ridho Allah SWT.
Bukan
untuk gaya-gayaan, kesombongan atau
sekedar ikut orang-orang berharta lebih
atau tren-tren artis sekarang yang galau dan bermasalah dikit langsung
berangkat umroh. Minta petunjuk begitu-katanya. Yang jelas, ketika ingat petuah
ayah nomor satu itu, kami langsung ingat
pada yuni shara hehe—astagfirullah!
Yang kedua adalah magfiroh,
yaitu semua ibadah yang kita lakukan itu semata-mata juga dalam rangka meminta
ampunan atas bergunung dosa yang kita lakukan. Orang jawa mengistilahkan
‘pecicilan’ itu kalo selalu menuntut hak dan melupakan kewajiban. Seperti
halnya ibadah yang hanya semata-mata
ingin agar doa kita yang lebih banyak bersifat duniawi itu minta dikabulkan
sedangkan kita sendiri lupa berapa dosa
yang sudah banyak kita perbuat.
Yang ketiga adalah rahmat. Bagaimanapun, semua amalan
dan ibadah yang kita lakukan belum tentu layak untuk menjamin kita masuk surga.
Karena hanya dengan rahmat Allah SWT saja , manusia bisa memasuki surganya Allah
SWT. Dan demi itulah kita kesana, mengharap rahmat dan kasih
sayang Allah SWT. Yang keempat adalah karunia.
Ini bisa diartikan sebagai harapan kita di depan allah SWT yang lebih bersifat
duniawi. Minta kehidupan baik, kelapangan rizki dan sebagainya. Kenapa harus
menempatkan mengharap karunia itu justru paling belakang? Tak bisakah didepan,
lebih dulu dari ngarepin ridho, maghfirah atau rahmat begitu? Sebenarnya boleh saja, tapi emang seberapa
penting mengharap karunia dibandingkan
mengharap maghfirohnya yang lebih utama? Tidak setiap hal yang bersifat
duniawi itu akan selamanya menjadi milik kita. Allah SWT sudah mengukur
kecukupan apapun untuk kita, kita boleh mempertegasnya dalam doa, tapi tidakkah kita menjadi hamba
yang paling beruntung jika mendapatkan ridhoNYA diatas dunia dan segala isinya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar